Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Sering kali ketika kita menengadah memandang langit malam nan indah, kemudian selintas terlihat “bintang berkelebat” lalu dengan serta merta orang-orang pun mengatakan “make a wish” atau panjatkan doa.

Entah dari mana budaya itu berasal, seakan-akan ada pretensi bahwa berdoa ketika melihat bintang jatuh itu doa akan diijabah, atau bahkan ada unsur kesyirikan disana seakan-akan bintang atau dewa-dewa di langit yang mengabulkan doa.

Seperti cerita salah satu keponakan saya yang menonton film di kampusnya. Dia dengan antusias bercerita filmnya sangat romantis karena ketika salah seorang tokoh film tersebut  “kangen” pada pasangannya dan dia melihat bintang yang jatuh dari atas rumahnya, lalu dia berbicara pada bintang; “Bintang jika memang kamu bisa mengabulkan permintaan, aku mau malam ini ‘si fulan’ berada di sampingku.” Kemudian jreng “si ehem” ada di sampingnya. Wah, mungkin menurut beberapa orang ini cerita seru-seruan, tapi menurut pemahaman saya sebaiknya mari kita bahas mengenai bintang jatuh agar menjadi jelas duduk perkaranya.

Menurut “google” bintang jatuh itu sebenarnya meteor yang jatuh ke Bumi, dan ketika bergesekan dengan atmosfer lalu muncullah ekor cahaya yang indah. Meteor-meteor itupun kebanyakan hancur total ketika bergesekan dengan atmosfer Bumi. Jika melihat mitologi orang-orang terdahulu menganggap bahwa bintang jatuh berasal dari dunia lain yang membawa keberkahan dan bisa mengabulkan keinginan.

Dalam Al Qur’an disebutkan; “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya). Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk. Kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS. Al Hijr, 15 : 16-18)

Kata buruj adalah bentuk jamak dari burj yang dari segi bahasa bermakna istana atau benteng. Ulama memahami dalam arti bintang-bintang atau kumpulan bintang. Ada pula ulama yang memahami buruj sebagaimana bintang-bintang yang tampak berbentuk titik-titik yang jika dibuat garis dengan mengikuti titik-titik tersebut akan terlihat membentuk seperti binatang atau gambar tertentu.

Gugusan bintang itu sebenarnya berada pada jalur peredaran matahari karena itu dikaitkan dengan rasi bintang yang berjumlah 12 sesuai dengan jumlah bulan dalam 1 tahun. Orang masa lampau percaya bahwa bintang-bintang dan benda-benda langit adalah dewa-dewa yang mempunyai pengaruh pada bumi dan isinya.

Menurut mereka posisi bintang mempengaruhi sifat dan pembawaan manusia bahkan menentukan peristiwa-peristiwa yang dialaminya lebih jauh juga kematiannya. Dalam perjanjian baru (Matius 2) disebutkan bahwa orang-orang majusi mengetahui kelahiran Nabi Isa AS. Setelah melihat bintangnya di timur. (dikutip dari tafsir Al Misbah Quraish Shihab).

Dalam ayat lain disebutkan, “Dan sesungguhnya kami (Setan/Jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami (Setan/Jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya), Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.“(QS. Al Jin, 72 : 8-10)

Ayat di atas menerangkan bahwa dahulu sebelum diutus Nabi Muhammad SAW, mereka (Jin) dengan mudah naik ke langit dengan tenang untuk mencuri-curi dengar pembicaraan para malaikat. Tetapi kini walaupun masih memiliki kemampuan, upaya mencuri dengar tersebut diusik oleh semburan panah-panah api. Jadi para Jin inilah yang mencuri dengar pembicaraan malaikat dan kemudian membocorkannya kepada manusia-manusia peramal, walaupun hanya sepotong-sepotong atau bahkan keliru. Karena seringkali ditambah-tambah atau dibumbui informasi yang setengah-setengah tersebut oleh peramal-peramal. Sebagaimana ayat; “Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada setiap pendusta lagi banyak dosa.” (QS. Asy Syu’ara, 26 : 221-222)

Imam Bukhari meriwayatkan melalui Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Apabila Allah SWT menetapkan suatu ketetapan, para malaikat merendahkan sayap mereka pertanda tunduk pada ketetapan-NYA bagaikan rantai yang menyentuh batu yang halus serta takut kepadaNYA. Maka apabila ketakutan mereka telah reda, (sebagaian) mereka bertanya kepada sebagian yang lain, “Apa yang disampaikan Tuhan?” maka yang ini menjawab kepada yang bertanya. Ketika itu para jin yang mencuri-curi pendengaran dalam keadaan seperti ini (perawi hadits itu menunjukkan tangan kanannya dengan merenggangkan jari-jarinya satu di atas yang lain). Ketika itu boleh jadi yang mencuri pendengaran terkena semburan api sehingga membakarnya. Dan boleh jadi pula ia luput dari semburannya, sehingga ia menyampaikan kepada jin yang ada di bawahnya dan akhirnya sampai ke bumi dan diterima oleh tukang sihir lalu ia berbohong seratus kebohongan dan ia percaya.”

Ilmu perbintangan dimasukkan oleh Rasulullah SAW dalam bagian ilmu sihir. “Siapa yang berkunjung pada peramal, dan bertanya sesuatu kepadanya (dan ia membenarkannya) maka shalatnya tidak diterima Allah selama empat puluh hari.” (HR. Muslim dan Ahmad). Walaupun kepercayaan terhadap ramalan bintang tidak seperti pada zaman lampau, tetapi masih ada saja yang mempercayai bahwa bintang-bintang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas manusia.

Dalam ayat lain Allah pun menjelaskan dalam Qur’an bahwa; “Allah telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan. Yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka. Setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (QS. Ash Shaaffaat, 37 : 6-10)

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”(QS. Al Mulk, 67 : 05)

Kata ja’alnaha/kami menjadikannya, dipahami oleh banyak ulama dalam arti menjadikan “mashabih” atau bintang-bintang itu sebagai rujum atau alat-alat untuk melempar. Para ulama juga menduga bahwa kalimat “rujuman lisy syathin” atau alat-alat pelempar yang dimaksud disini adalah meteor. Karena tidak mungkin bintang-bintang yang sedemikian besar meninggalkan posisinya untuk melontar Jin yang mencuri dengar. Ada juga pakar yang mengatakan bahwa lontaran panah api tersebut bukan meteor tetapi adalah sinar kosmis yang bersumber dari bintang-bintang yang terpencar di alam raya.

Kembali pada bahasan bintang jatuh dalam film romantis yang diceritakan keponakan saya tersebut, saya tidak tega meluruskan pemahamannya pada saat itu juga. Karena mesti akan menjauhkannya dari pemahaman Islam yang akan dianggap menghancurkan mimpi dan kegembiraannya saat itu, namun saya tetap menunggu moment untuk menyampaikannya. Sampai saat ini, semoga keponakan saya, anda dan kita semua dapat memetik pelajaran dari tulisan ini. Dan semoga kita semua dijauhkan dari unsur-unsur yang dapat membuat kesyirikan kita terhadap Allah SWT.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.



0 komentar:

Posting Komentar

Selamat datang © di Muarta BlogNet / Template by : Moch Ardi Taufiqurrahman