Penulis masih ingat, pada akhir tahun 1960-an
sampai awal 1970-an, lagu Bee Gees “It’s Only Words” sedang ngetop di kota
pelajar Yogyakarta. Lagu yang dimulai dengan kalimat:
“Smile an everlasting smile
A smile can bring you near to me
………………. dan diakhiri dengan kalimat:
It’s only words and words are all I have
To take your heart away”,
diplesetkan oleh kawan para mahasiswa
pendatang sebagai berikut:
“ Senyum selalu tersenyum
Senyum bikin perut kenyang
…………………………………..
Ra iso ngliwet ora duwe duwit
Duwite mlayu wae”, maksudnya “ Tidak bisa ngliwet
(menanak nasi), tidak punya uang. Uangnya lari terus”.
Plesetan seperti ini lazim terjadi di Jawa. Salah
satu tembang dolanan ciptaan Sunan Giri, yaitu “Sluku – Sluku Batok”, juga
diduga merupakan hasil plesetan dari tembang yang aslinya berbahasa Arab,
karena baris pertamanya tidak ada artinya di dalam bahasa Jawa. Tembang “Sluku
– Sluku Batok” versi masyarakat awam seperti halnya penulis sewaktu kecil
adalah:
Sluku – sluku batok
Batoke ela – elo
Sri Rama menyang Solo (kutho)
Oleh – olehe payung mutho
Mak jentit lolo lobah
Wong mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip goleko duwit.
Makna
yang terkandung di dalam lagu tersebut, Namun perlu kalian ingat bahwa ini
hanya pemahaman sebagian kita yang masih dangkal, Suatu saat kelak Mungkin ada
yang lebih baik lagi memahami ini.
"Sluku-sluku
bathok"
Kalimat
ini mempunyai beberapa penafsiran, ada yang mengatakan kalau kalimat ini
berasal dari bahasa arab "Ghuslu-ghuslu bathnaka", yang
artinya mandikanlah batinmu. Maksudnya, kita harus membersihkan batin dulu
sebelum membersihkan badan atau raga. Sebab lebih mudah membersihkan badan
dibandingkan membersihkan batin atau jiwa. Ada pula yang menafsirkan lain,
yaitu berasal dari bahasa arab "usluk-usluk bathnak", yang
artinya Jalankanlah batinmu. Maksudnya, kita harus menjalankan batin kita untuk
mendekat dengan Allah, tidak hanya raga kita saja yang melakukan sholat atau
ibadah lainnya, melainkan batin kita juga, bahkan ke-khyusu'an batin kita
inilah yang mengantarkan kita untu lebih dekat dengan Allah.
"Bathoke
ela-elo"
Lah
sluku-sluku bathoke tadi dengan cara bagaimana?
Yaitu
dengan cara ela-elo. Yakni dengan cara "Batinmu (melantunkan): laa
ilaaha illallaah", maksudnya, hati kita harus senantiasa
berdzikir kepada Allah, diwaktu senang apalagi susah, dikala menerima nikmat
maupun musibah, sebab setiap persitiwa yang dialami manusia, pasti mengandung
hikmah. Allah yang menciptakan kita, dan pastinya Dia juga yang mengerti kita.
Tiada sandaran selain kepadaNya, sandaran dalam berfikir, bermain, bekerja,
berkarya, dan semua aktifitas keseharian kita.
"Si
Rama menyang Solo"
Siram
(mandilah, bersuci) menyang (menuju) Solo
(Sholat). Mandilah, bersucilah, kemudian kerjakanlah shalat.
Maksudnya, sebelum kita mengerjakan sholat ataupun ibadah yang lainnya, kita
harus siram, mandi, atau mensucikan diri dari hadas ataupun kotoran lahir-batin, karena Gusti
Allah itu Maha Suci, dan sangatlah tidak sopan kalau kita menemuiNya dalam
kedaan tidak bersih dan tidak suci. Jagalah sholat mulai sekarang, jaga sholat
jangan sampai lupa, jaga
sholat walau dalam kondisi lelah, capek, senang, sedih, bermain atau
menyendiri, sebab sholat akan menjaga kita dari kesalahan, dari kesesatan jalan
yang kita tempuh nanti. Ingatlah, maka kelak kalian akan menemukan "sirru
maa yashilu", yaitu rahasia kenapa kita hidup di dunia ini, rahasia
ibadah, rahasia segala ciptaan Allah, dan rahasia kalimat Laa ilaaha
illallah.
"Oleh-olehe
payung mutho"
Namun
menjaga sholat saja belum cukup, kita juga harus mengucap "oleh-olehe
payung mutho", yaitu mengucapkan "laa ilaaha illallah hayyun
mauta". Maksudnya, kita harus senantiasa melanggengkan dzikir kepada
Allah mumpung masih hidup, bertaubat sebelum datangnya maut. Ingat, manusia
hidup di alam dunia tidak sekedar memburu kepentingan duniawi saja, tetapi
harus seimbang dengan urusan-urusan ukhrowi.
"Pak
jenthit lolo lobah"
Maka
dari itu, "fajaddid allaila lubbah", yaitu perbaruilah (imanmu
dengan ucapan laa ilaaha illallaah) pada malam ini, yaitu pada tengah
(malam)Nya. Perbaruilah iman dengan memperbanyak dzikir, sujud, wirid
kepadaNya, terutama dalam waktu-waktu sepertiga malam. Karena harus kita ingat,
"Pak jenthit lolo lobah" (kematian itu datangnya tiba-tiba),
tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga
saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan
amal kebaikan sebagai
bekal untuk dibawa mati.
"Wong
mati ora obah
Yen
obah medeni bocah"
Dan
saat kematian sudah datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang.
Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup
lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharatnya akan lebih besar. Coba byangkan, bagaimana
seandainya ada mayat hidup? pasti kita takut kan?
"Yen
urip golekko dhuwit"
Maka
dari itu, kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat
kita masih hidup. ingin kaya, ingin membantu orang lain, ingin membahagiakan
orang tua? sekaranglah saatnya. Ketika uang dan harta benda masih bisa
menyumbang bagi tegaknya agama Allah. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu
kesempatan tertutup.
Mudah-mudahan
kelak kita semua bisa menerapkan dan mengamalkan makna dari syair di dalam lagu
“SLUKU-SLUKU BATHOK” ini.Amien..............
Bukan
hanya untuk sekedar lagu dolanan, akan tetapi merupakan keadaan yang harus
dilakukan setiap manusia di bumi agar selalu dekat dengan Allah SWT.
Sementara
itu versi kalangan pesantren jauh berbeda yaitu:
Ghuslu-ghuslu bathnaka
Bathnaka lailaha illallah
Sharima yasluka
Lailaha illallah hayun (wal) mauta
Mandzalik muqarabah
Hayun (wal) mauta innalillah
Mahabbatan mahrajuhu taubah
Yasrifu innal khalaqna insana mindhafiq (diambil
dari Surat At Thaariq ayat 5 – 6, “Fan yanzhuril insaanu mimma khuliq. Khuliqa
mim maa-in daafiq).
Artinya:
Sucikanlah batinmu
Batin senantiasa berzikir lailaha illallah
Ambillah jalan masuk
Esakan Tuhan selagi hidup (sebelum maut tiba).
Siapa yang ingin dekat dengan Allah
Hidup dan mati itu milik Allah
Kecintaan menuju pertobatan
Perhatikanlah, manusia itu diciptakan dari apa, ia
diciptakan dari air yang memancar.
Dibanding tembang dolanan karya Sunan Kalijaga
yakni “Gundul-Gundul Pacul”, “Sluku – Sluku Batok” sangat kental
kandungan Al Qur’annya. Hal itu sangat wajar karena ia digubah oleh Sunan Giri
yang merupakan tokoh Islam Putihan yang tidak suka berputar-putar, tidak suka
menggunakan tamzil dan sejenisnya. Meskipun demikian, satu persamaan para wali
di masa itu, mereka sama-sama menggunakan media kesenian sebagai media dakwah.
Sungguh luar biasa pemahaman mereka mengenai cara
berkomunikasi dan berdakwah ke masyarakat. Mereka tidak menggunakan pedang dan
menumpahkan darah. Tidak juga dengan mengobarkan kebencian dan permusuhan,
tidak menakut-nakuti dengan ancaman api neraka, melainkan dengan kelembutan dan
kasih sayang. Sungguh kita patut berterimakasih kepada mereka, dan bersyukur
kepada Gusti Allah Swt. Karena dengan semua itu, kita menjadi umat yang
memperoleh hidayah cahaya keislaman seperti sekarang ini.
Subhanallah walhamdulillah.
0 komentar:
Posting Komentar